Rabu, 23 Juni 2010

Dicky Septriadi Sukardi's



angan bilang lo gak pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta?

Jangan pernah bilang juga bahwa lo gak pernah ngerasain yang namanya sakit hati?

Banyak orang bilang lebih baik sakit gigi daripada sakit hati karena jatuh cinta, tapi ada juga yang bilang lebih baik sakit hati daripada sakit gigi. Yaa menurut gue, itu sih kembali ke “selera” lo masing-masing, dan gue tetep yakin bakalan lebih banyak yang pilih sakit gigi daripada sakit hati.

Kenapa? Kok bisa sih orang lebih milih sakit gigi ketimbang sakit hati?

Ok gue jawab! Kalo lo sakit gigi, pasti lo langsung minum obat penghilang rasa sakit, terus besok atau lusanya udah ilang lagi. Atau lo pergi ke dokter, dikasih obat yang sama, terus besoknya sembuh.

Nah! Kalo lo “terserang” sakit hati, lo mau minum obat penghilang rasa sakit sebanyak apapun gue jamin gak bakalan ilang dalam waktu cepat. Lo ke dokter pun, pasti dokternya bilang gini, “istirahat yang banyak ya, jangan banyak pikiran, coba lupain aja, ntar stress loh kamu!” dan gue tau banget dalem hati lo pada pasti ngedumel kaya gini, “Ngemeng aje lo dok, sotoy!”.

Hal diatas sama persis dengan perjuangan Fahiz dalam hal melupakan rasa sakit hatinya karena pujaan hati yang dicintainya lepas dari genggaman. Buat Fahiz, peristiwa itu satu level dengan kiamat, hancur semuanya, hilang segalanya, hampa. Najiisss, cuih!

Fahiz itu tipikal laki-laki yang susah ditebak, atraktif alias gak mau diem. Suatu hari, dia kepincut sama cewe yang ambil mata kuliah di kelas yang sama dengan Fahiz. Sambil pura-pura nyatet apa yang diterangin dosen di depan, Fahiz curi-curi pandang sama tu cewe yang udah terukir dengan sendirinya sebagai pujaan hati sang pangeran Fahiz.

Gak usah ditanya reaksi cewenya gimana, karena tu cewe sekalipun gak pernah nengok ke arah Fahiz yang duduk di pojok kanan belakang. Pernah satu kali tu cewe nengok terus senyum, karena ke GR-an tanpa banyak perhitungan, pulang kuliah Fahiz langsung minta nomor hp, malemnya langsung tu cewe diberondong sms-sms “najis” sama Fahiz.

Perbandingannya, 10 sms Fahiz dengan karakter yang panjang lebar cuma dibales 2 sms dengan karakter yang singkat, jelas, padat dan tanpa makna oleh sang pujaan hati.

Hari demi hari dilewati Fahiz dengan sabar demi menaklukan sang pujaan hati. Sampai suatu hari Fahiz dateng ke kosan si cewe dengan akal bulus dan rencana sampah yaitu pura-pura pinjem catetan kuliah.

Tok..tok..tok..Fahiz ketuk pintu kosan tu cewe..tok..tok..tok..Fahiz ketuk pintu lagi dan masih belum dibuka juga..tok..tok..tok..

Ceklek, suara pintu dibuka.

“Surprise!”, teriak Fahiz sambil nunjukkin senyum paling lebar di depan pintu kosan tu cewe.

“Eeeehhhh Fahiz”, jawab tu cewe sambil gagap salah tingkah dan gak tau kenapa mukanya merah.

Dengan niat menjadi seorang Penakluk Wanita handal, Fahiz langsung masang tampang cool terus ngomong pake bahasa inggris supaya makin keliatan ciamik, “Can I come in sweetheart?”.

Belum aja si cewe jawab, muncullah seorang lelaki lumayan tampan keluar dari kamar mandi di kamar tu cewe sambil pake celana pendek, dan dikasur, terbaringlah sebuah celana jeans (model cowo) yang tampak berantakan sama dengan sprei kasurnya yang juga berantakan.

“Eh Mik, kirain gue siapa lo! Hehehe”, sapa tu cowo ke Fahiz sambil cengar-cengir salah tingkah.

Dari alam bawah sadar Fahiz langsung ada yang teriaaaakkkkkkk (semacam bisikan ghaib gitu) : “SURPRISEEEEEEEEEE” (niatnya si Fahiz mau kasih kejutan, malah si Fahiz yang dapet kejutan)

“Eh lo cuy, kirain gue juga siapa! Hehehe”, jawab Fahiz yang juga sambil cengar-cengir dan udah pasti salah tingkah juga, dan pasti hatinya luluh lantak. Tanpa pikir panjang, Fahiz langsung nyamber ngomong ke tu cewe, “Gini buu, gue pinjem catetan kuliah tadi siang dong, sorry yaaa jadi ganggu deh. Hehehehe”.

“ooooh, hehehe..oke-oke. Masuk dulu sini Mik”, saut tu cewe masih dengan muka merah dan salah tingkahnya.

“Iya mik, masuk dulu aja, ngobrol-ngobrol kita sini…hehehe”, kata tu cowo ikutan nyamber.

“Hehehehe…ntar aja laen kali. Gue buru-buru janjian makan sama mantan gue, biasalah, mantan gue manja banget, masih belum bisa ngelupain gitu katanya sih!”, jawab Fahiz. PRET, CUIH. Udah Hancur berantakan, luluh lantak, masih aja Fahiz pengen sok keliatan keren, padahal mah, waeee, sok iye.

“ok deh laen kali maen kesini ya Mik, ni bukunya”, bilang tu cewe sambil ngasih buku catetan ke Fahiz.

“Ok buu, thanks ya! Besok gue balikin dikampus! Daaah! Yuk bro, duluan ya!”, secepat kilat Fahiz nyamber tu buku, lalu balik kanan dan tanpa menoleh sedikitpun. Entah apa yang terjadi berikutnya ketika pintu kamar kembali tertutup.

Dengan langkah gontai layaknya seorang pendekar betawi yang baru saja kalah berkelahi melawan ribuan tentara kompeni, Fahiz terus berjalan kaki menyusuri jalan panjang tanpa sekalipun memperhatikan keadaan sekitar, sampai pada akhirnya langkah Fahiz terhenti didepan sebuah minimarket. Masuklah Fahiz ke minimarket itu dan keluar dengan membawa sebuah botol minuman beralkohol yang sudah dibuka.

Esok paginya ia terbangun, dan baru sadar ternyata ia tertidur di halte bus. Hatinya masih terasa sakit. Kemudian Fahiz pun merogoh kantongnya dan langsung menuju ke arah minimarket untuk membeli minuman keras lagi, lagi, lagi dan lagi sampai semua uang yang dia punya ludes. Lalu Fahiz pun berjalan sempoyongan sambil berteriak-teriak seperti orang kesurupan.

“Semuaaa ceweeeee emang brengseeeekkkkkk!!”

THE END

Untuk mengurangi rasa sakit hati lo, coba deh lo “gunakan” sahabat lo. Datang ke mereka dan ceritakan semuanya, apa adanya, apa yang lo rasa dan apa yang lo mau. Kalau sahabat yang baik, pasti mereka akan menjadi pendengar yang setia, untuk kemudian mereka akan membaca situasi. Apabila situasi sudah kondusif dan memungkinkan, maka sahabat lo mulai memberikan solusi-solusi yang membangun. Ada juga tipe sahabat kita yang keras gaya bicaranya, ada yang kasar gaya bahasanya, namun mereka pasti ingin yang terbaik untuk lo semua.

Memang setiap orang punya hak untuk melampiaskan emosi mereka dengan cara masing-masing. Tiap orang punya hak untuk mengekpresikan rasa kesal mereka terhadap sesuatu. Tapi, daripada lo ngerasa sakit hati, terus stress, terus dateng ke club, terus mabok, terus tereak-tereak di dalem club, keluar club masih juga tereak-tereak gak jelas, sampe akhirnya ada tamu club yang laen ngerasa keganggu, dipukul deh lo, udah sakit hati, tambah sakit fisik. Dateng ke club itu untuk senang-senang, bukan untuk cari ribut. Dateng ke club itu untuk melepas penat sesaat, bukan untuk bikin orang kesel.

So, masih berpikir ngelupain sakit hati dengan cara klasik? Mamam aja luh.

Cheers everybody. Love You All.

PUTUS 2.0

Pada masa saat kita semua terhubung lewat berbagai jejaring situs media sosial, rasanya sulit untuk ‘mengeluarkan’ seseorang dari kehidupan kita. Padahal kebutuhan itu menjadi penting saat Anda putus dengan pacar dan dia menjadi hanya seorang mantan. Cukupkah dengan menghilangkannya dari daftar teman Anda di Facebook? Ternyata tidak.

Biasanya kita akan menghapus semua email dan alamat email si mantan. Begitu juga dengan nomor telepon, berhenti jadi teman mereka di berbagai situs jejaring sosial, diakhiri dengan memblok atau menghilangkan mereka dari YM Anda. Putus hubungan dengan seseorang sekarang tidak hanya berarti berhenti bicara dengan orang itu. Jadi, apa yang harus dilakukan?

1. Jika di Facebook Anda masih berteman dengan beberapa teman-temannya, tentu Anda masih bisa mengakses foto-foto dan informasi terbaru dari si mantan. Lebih baik gunakan Facebook sebagai alat ‘pemasaran’ yang positif. Masukkan foto-foto Anda bersama dengan orang-orang yang menyenangkan. Tentunya, sambil berharap sang mantan akan melihat dan berpikir, “Wah dia bisa bersenang-senang tanpa saya.”

2. Percakapan maya mendokumentasi hubungan Anda dalam bentuk tulisan. Maka, ini harus dilakukan; bersihkan semua percakapan via messenger, tulisan di dinding Facebook, email, dan sms. Wajib.

3. Keberadaan telepon-telepon ‘pintar’, seperti Blackberry dan iPhone, sayangnya memudahkan orang untuk curhat via Twitter atau status Facebook. Atau mungkin, pada momen lemah, Anda bisa tergoda mengirim SMS. Maka telepon pun bisa berubah jadi senjata. Jangan sampai pada momen-momen itu, Anda tergoda untuk mengirim pesan pendek atau berburu si mantan di Facebook. Dekat-dekatlah dengan seorang teman yang siap menjaga, atau bahkan, memegang hape Anda.(Shine!)